Rabu, 13 Desember 2017

Kenalkan Pendidikan Alternatif Pada Mahasiswa FKIP

UMS, Pabelan-Online.com – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (BEM FKIP) bekerja sama dengan Ki Hajar Dewantara Institute adakan kajian ilmiah terkait pendidikan alternatif. Acara yang berlangsung di gedung C4 FKIP, kampus I tersebut bertujuan mengenalkan pendidikan alternatif kepada mahasiswa FKIP sebagai calon guru, Sabtu (29/4/2017)



Salah satu pembicara sekaligus penulis Buku Desaku Sekolahku, Alfian Hasan, menjelaskan arti penting pendidikan alternatif bagi pendidikan di Indonesia. Bagi dia, pendidikan bukan sekedar belajar untuk menambah pengetahuan, namun belajar meningkatkan kemandirian. Alfian juga mengungkapkan bahwa pendidikan alternatif sudah dijalankan oleh tokoh-tokoh pendidikan Indonesia terdahulu, yang mana sangat mengutamakan penanaman kesadaran dalam diri serta dalam jiwa anak didik. 


Jiwa pendidikan alternatif adalah jiwa bangsa kita,

 ujarnya, Sabtu (29/4/2017).

Dia juga menambahkan pendidikan formal lebih mementingkan perolehan ijazah, pendidikan alternatif lebih mementingkan perolehan sebuah karya. Sebab anak didik diberikan suasana yang bebas dan santai untuk menyalurkan kreatifitasnya. “Nenek moyang kita adalah bangsa kreator bukan bangsa primitif,” tambahnya.



Koordinator Ki Hajar Dewantara Institute, Aldi Farhan Razak, mengatakan, Mahasiswa FKIP umumnya lebih banyak mengetahui pendidikan formal. Dia berharap mampu mengenalkan dan menerapkan pendidikan alternatif sebagai jalan lain menuju pendidikan Indonesia yang lebih baik. “Mahasiswa bisa membuat komunitas-komunitas dengan penerapan pendidikan ini,” ungkapnya, Sabtu (29/4/2017).

Reporter: Vivi Furtining Dewi
Editor: Ratih Kartika
http://pabelan-online.com/2017/05/05/kenalkan-pendidikan-alternatif-pada-mahasiswa-fkip/
PERS RELEASE


SARASEHAN PENDIDIKAN
Ngudar Konsep Pasamuan Among Anak Sebagai Sanggar Komunitas”


  





  
Pendidikan Nasional perlu direspon secara mandiri oleh masyarakat lewat terobosan-terobosan model pendidikan berbasis komunitas, agar tidak mengerdilkan nilai penting pendidikan hanya sebatas belajar di sekolah formal semata. Hal ini selaras dengan apa yang menjadi wasiat Ki Hajar Dewantara, 

Dalam pendidikan harus senantiasa diingat, bahwa kemerdekaan itu bersifat tiga macam: berdiri sendiri (zelfstanding), tidak tergantung kepada orang lain (onafhankelijk) dan dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheid, zelfbeschikking).


Sejak lebih kurang dua tahun lalu, embrio kegiatan PAMONGAN telah berjalan secara berkala di lingkungan RT.03/RW.07 Dusun Pokoh, Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Inisiatif pembelajaran dalam lingkup komunitas telah mengemuka sejak awal, meskipun baru pada tanggal 10 November 2013, secara resmi nama PASAMUAN AMONG ANAK disepakati untuk memberi bentuk kegiatan rintisan sanggar komunitas ini, oleh sebagian kecil warga RT.03/RW.07 Pokoh, Desa Ngijo Tasikmadu Karanganyar, yang tergabung dalam Paguyuban Manunggaling Warga Baiti Jannati.

Aktifitas belajar di Sanggar Pamongan sendiri lebih ditekankan pada pengembangan diri anak secara luas dan justru tidak secara langsung bersentuhan dengan wilayah-wilayah pembelajaran kognitif-ilmu pengetahuan semata. Akan tetapi bagaimana anak secara naluriah mampu hadir di tengah-tengah komunitas, terbangun kemampuannya dalam berinteraksi sosial secara wajar, mampu memetakan dan memecahkan persoalan yang timbul, mencerna gejala-gejala alam maupun sosial sebagai ladang pembelajaran, nyaman dan percaya diri dalam situasi apa pun, kreatif berkarya sebagai kebutuhan ekspresif, sampai pada bagaimana dia mengenali kekuatan dan potensi yang ada pada dirinya.

Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang berjalan sekadar menjadi perangkat pembelajaran yang bukan menjadi tujuan belajar itu sendiri. Sehingga ketika anak melukis, membuat prakarya, berlatih musik ataupun drama pertunjukan, dan lain sebagainya, itu menjadi media belajar sekaligus bermain yang tidak ditujukan untuk mengukur prestasi atau menilai pandai-tidaknya seorang anak. Dengan konsep “Among” yang berarti juga pendampingan, baik itu oleh orang tua, warga secara umum, ataupun para relawan yang menjadi pendamping anak dalam proses tersebut, pada dasarnya tidak hanya anak yang belajar atau diajari sesuatu, akan tetapi lebih tepat jika disebut bahwa baik anak, orang tua, warga atau relawan pendamping dan siapa pun yang terlibat di dalamnya, sedang meyelenggarakan proses belajar bersama, untuk menjadi cerdas bersama.


Pada penyelenggaraan kegiatan Sarasehan kali ini, peserta diharapkan akan saling mendapat wawasan lebih dalam tentang sanggar komunitas atau lebih umum komunitas belajar. Sehingga baik secara eksternal ataupun internal akan mampu memberi perspektif yang lebih gamblang, mengenai setidaknya tiga hal:
(1)  Sanggar Komunitas dalam perspektif Sistem Pendidikan Nasional;
(2)  Sanggar Komunitas dalam perannya menyertai tumbuh-kembang anak;
(3)  Sanggar Komunitas dalam pemberdayaan komunitas lebih luas.
Pemahaman yang cukup atas ketiga hal inilah yang niscaya akan menjadi pondasi bagi setiap individu warga belajar ataupun komunitas secara umum dalam partisipasinya mendorong inisiatif dan kemandirian model pendidikan berbasis komunitas secara lebih matang di kedepannya.


Untuk itu dihadirkan seorang narasumber yang kompeten dalam hal tersebut, yakni Bapak Ahmad Bahrudin, seorang praktisi pendidikan alternatif yang menggagas sekaligus menjadi motor penggerak Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Salatiga. Beliau dipandang matang dalam berbagi pandangan mengenai tema yang diangkat, sekaligus dapat menularkan pengalamannya dalam membangun kekuatan komunitas belajar pada situasi sekarang. Format sarasehan sengaja dipilih untuk lebih menguatkan karakter non-formal dalam kegiatan ini, agar terbangun suasana egaliter, diskusi dua arah dan semangat komunitas untuk selalu duduk bersama dalam sama-sama belajar pada setiap kegiatan yang diselenggarakan.



Kegiatan Sarasehan Pendidikan ini terselenggara pada
Hari,Tanggal:
Sabtu, 16 Mei 2015
Waktu:
Pukul 09:00 – 12:00 WIB
Tempat:
Masjid Nur Rohmah – Gang Durian RT.03/RW.07 Pokoh Desa Ngijo Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah
Peserta:
dengan eskalasi ±200 orang, terdiri dari unsur-unsur
1. Komunitas Belajar Setempat (orang tua dan anak);
2. Para relawan pendamping belajar;
3. Pejabat pemerintahan dan aparatur lingkungan;
4. Komunitas-komunitas pendidikan luar sekolah;
5. Pemerhati dan kawan-kawan media (pers);
Lain-Lain:
1. Acara diawali dengan kegiatan kreatif anak pada satu jam sebelumnya;
2. Tersedia materi Gelar Karya Anak dan Dokumentasi Kegiatan Sanggar;
3. Secara simbolis menjadi agenda peresmian Taman Baca Pamongan;
4. Penyelenggaraan acara murni gotong-royong warga;

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kontak person kami:

  • Alfian (081390129798)
  • Teguh (087835285358)

JALU DAN KENANGANNYA DENGAN MBAH NARTO Cerpen Ianhasan sumber gambar: https://scontent-ams3-1.cdninstagram.com/vp/b499d2ba873bad365...